1. Wisata Bahari Taman Laut Olele
Gorontalo merupakan sebuah provinsi belia hasil pemekaran dari provinsi Sulawesi Utara. Provinsi ini bagaikan leher yang selalu dilalui dan dijadikan persinggahan oleh para pemudik darat yang melintas dari Utara ke Selatan pulau Sulawesi. Perantau dari pulau lain dapat mencapai Gorontalo via Makasar dengan dua kali penerbangan setiap harinya. Daerah ini kaya dengan keindahan bawah laut, Taman Laut di pantai Olele adalah salah satunya. Pantai ini berada di wilayah desa Olele yang berjarak 20 km arah Selatan dari ibukota Gorontalo. Menuju desa Olele, anda akan menyisir jalan berkelak kelok, melintasi perumahan penduduk dengan pemandangan yang kontras. Di satu sisi anda terkesima dengan tebing-tebing curam berpohon dan di sisi lain, hambaran laut biru hijau tanpa batas membentang membuat anda tercengang. Pantai Olele merupakan pintu gerbang menuju surga Taman Laut Olele dengan alam bahari yang sangat indah. Para penyelam dunia telah membuktikannya dengan mata sendiri. Mereka menyatakan bahwa sebagian biota laut yang terdapat di sana tidak dijumpai di perairan lain. Terumbu karang yang belum terjamah dihiasi oleh pelangi ikan dan biota laut lainnya. Salah satu terumbu karang langka yang bisa ditemui adalah terumbu yang menyerupai karya seni ukir perupa Picasso dari Itali. Masyarakat menamainya sebagai terumbu karang Picasso. Jika beruntung, penyelam pun dapat bertemu mamalia laut, ikan Lumba-lumba, yang dengan tidak malu-malu menyambut kedatangan penyelam. Ketika snorkeling, berhati-hatilah dengan sengatan ubur-ubur. Ukurannya yang mini terlihat menarik berwarna warni terutama saat terkena cercahan sinar matahari. Namun jangan khawatir, rasa gatal akan hilang segera kala menyaksikan keindahan surga bawah laut Olele. Bagi yang bukan penyelam, jangan khawatir. Perahu kayu berkaca asli buatan penduduk siap membawa wisatawan berpelesir mengarungi perairan untuk menikmati keindahan tampak atas terumbu karang, ikan-ikan dan biota laut lainnya.
2. Wisata Budaya Taman Tumbilotohe
Tradisi menyalakan lampu minyak tanah pada penghujung Ramadhan, kental dengan nilai agama, tradisi itu muncul karena masyarakat Gorontalo pada waktu dulu menyalakan lampu tradisional, untuk menerangi jalan-jalan menuju masjid. Dalam setiap perayaan tradisi tersebut, masyarajat secara sukarela menyalakan lampu dan menyediakan minyak tanah, Tradisi tumbilotohe terus berkembang di tengah pro dan kontra di kalangan masyarakat, dan bahkan sering digelar dalam bentuk festival.
Pada tahun 2007, “tumbilotohe” masuk Museum Rekor Indonesia (MURI), karena 5.000.000 (lima juta) lampu menyemarakkan tradisi tersebut.
Tumbilotohe dalam bahasa Gorontalo , yaitu tumbilo berarti pasang, dan tohe berarti lampu. Tumbilotohe berarti acara pasang lampu.
Menurut sejarah, Tumbilotohe merupakan tradisi masyarakat Gorontalo masa lampau yang sudah berlangsung sejak abad ke-15 M. Tradisi ini dilaksanakan pada 3 malam terakhir menjelang hari Raya Idul Fitri, yaitu pada tanggal 27 hingga 30 Ramadhan, mulai magrib hingga pagi hari.
Menurut sejarah, Tumbilotohe merupakan tradisi masyarakat Gorontalo masa lampau yang sudah berlangsung sejak abad ke-15 M. Tradisi ini dilaksanakan pada 3 malam terakhir menjelang hari Raya Idul Fitri, yaitu pada tanggal 27 hingga 30 Ramadhan, mulai magrib hingga pagi hari.
Di masa lampau, pelaksanaan Tumbilotohe dimaksudkan untuk memudahkan umat Islam dalam memberikan zakat fitrah pada malam hari. Pada masa itu, lampu penerangan masih terbuat dari damar dan getah pohon yang mampu menyala dalam waktu lama. Oleh karena semakin berkurangnya damar, maka bahan lampu penerangan diganti dengan minyak kelapa (padalama) dan kemudian diganti dengan minyak tanah.
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak warga Gorontalo mengganti lampu penerangannya dengan lampu kelap-kelip dalam berbagai warna. Namun, sebagian warga masih tetap menggunakan lampu minyak tanah sebagai penerangan. Lampu-lampu minyak tersebut digantung pada sebuah kerangka kayu yang dihiasi dengan janur kuning. Di atas kerangka itu juga digantung buah pisang sebagai lambang kesejahteraan, dan tebu sebagai lambang kemanisan, keramahan, serta kemuliaan menyambut hari raya Idul Fitri. Tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga pendatang, terutama warga kota tetangga, seperti Manado, Palu, dan Makassar. Mereka sengaja berkunjung ke Gorontalo untuk menyaksikan tradisi Tumbilotohe.
3. Wisata Alam Air Terjun Meranti
Objek Wisata Pemandian Air Terjun Meranti merupakan salah satu alternatif kunjungan wisata baru yang ada di Provinsi Gorontalo. Suasana objek wisata ini sangatlah alami dengan di kelilingi rindangnya pepohonan yang belum terjamah oleh tangan manusia serta suasana asrinya desa desa yang akan di lewati ketika kita akan menuju lokasi wisata. Suasana yang teduh serta sejuk dengan udara pegunungan di padu dengan kicauan burung burung akan menyapa Anda ketika tiba di lokasi wisata. Air Terjun Meranti bak surga yang tersembunyi bagi pencinta Wisata Alam. Berbagai kegiatan dapat di lakukan di lokasi wisata, mulai dari camping, menjelajah alam serta berenang di kolam yang berisi air dari air terjun alami pegunungan. Wisata Air Terjun Meranti terletak di Desa Meranti Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango. Berjarak lebih kurang 20 km ke arah utara dari Ibukota Provinsi Gorontalo. Masuk ke wilayah kecamatan Tapa, tepatnya di Lapangan Ippot Tapa, Anda masuk ke gerbang Desa Donggala. Melewati Desa Donggala dan Desa Langge dengan jalan yang berliku liku serta menanjak. Untuk menuju lokasi wisata dari ibukota Provinsi Gorontalo sebaiknya menggunakan mobil pribadi atau sepeda motor. Karena lokasi wisata berada di ketinggian atau puncak meranti. Kenderaan lokal gorontalo ( bentor ), dapat Anda gunakan tapi tidak dapat menampung lebih dari satu orang penumpang.
4. Wisata Sejarah Taman Purbakala Benteng Otanaha
Akses menuju Taman Purbakala ini ada dua. Pertama, dari Bandara Jalaluddin Isimu berjarak sekitar 20 km. Melewati jalan trans batudaa, melewati dua kecamatan, yakni Kecamatan Bongomeme dan Kecamatan Batudaa. Setelah memasuki perbatasan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo, tepatnya di Kelurahan Dembe I, disebelah kanan jalan ada pintu gerbang bertuliskan “BENTENG OTANAHA”
Pintu Gerbang pertama menuju lokasi Benteng Otanaha.Perjalanan dari pusat kota gorontalo menuju lokasi Benteng Otanaha bisa ditempuh dalam waktu 15 menit, berkendaraan roda empat atau roda dua dalam kecepatan sedang. Lokasinya hanya Sekitar 2 km dari Lokasi Makam Keramat Ju Panggola. Untuk pengguna angkutan kota, juga tersedia jalur ke Otanaha. Hanya saja, kendaraan angkutan ini tidak langsung berhenti di area parkir. Dari jalan besar ke kompleks benteng hanya sekitar setengah kilometer dan cukup banyak tersedia bentor di pintu gerbang lokasi Benteng Otanaha. Sebagai cagar budaya yang patut dijaga kelestariannya, kompleks Benteng Otanaha ini sudah dipugar pada tahun 1978 - 1981. Pemerintah Daerah juga membangun anak tangga untuk memudahkan wisatawan menjangkau kompleks benteng.
5. Wisata Buatan Menara Keagungan Limboto
Salah satu obyek wisata sejarah yang cukup terkenal di Gorontalo adalah Benteng Otanaha. Benteng ini memiliki 4 buah tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga ke puncak sampai ke lokasi benteng. Jumlah anak tangga tidak sama untuk setiap persinggahan. Dari dasar ke tempat persinggahan I terdapat 52 anak tangga, ke persinggahan II terdapat 83 anak tangga, ke persinggahan III terdapat 53 anak tangga, dan ke persinggahan IV memiliki 89 anak tangga. Sementara ke area benteng terdapat 71 anak tangga, sehingga jumlah keseluruhan anak tangga yaitu 348. Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti maksud dari jumlah anak tangga yang berbeda - beda di tiap - tiap persinggahannya.Tingkat ketinggian masing - masing benteng berbeda - beda. Yang paling tinggi adalah Benteng Otanaha. Dari benteng ini kita dapat melihat kedua benteng lainnya, Otahiya dan Ulupahu. Yang paling rendah adalah Benteng Otahiya dengan bentuk sangat berbeda dari benteng induk, Otanaha dan Ulupahu. Benteng Otahiya ini bentuknya menyerupai angka delapan.
Akses menuju Taman Purbakala ini ada dua. Pertama, dari Bandara Jalaluddin Isimu berjarak sekitar 20 km. Melewati jalan trans batudaa, melewati dua kecamatan, yakni Kecamatan Bongomeme dan Kecamatan Batudaa. Setelah memasuki perbatasan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo, tepatnya di Kelurahan Dembe I, disebelah kanan jalan ada pintu gerbang bertuliskan “BENTENG OTANAHA”
6. Wisata Kuliner Goropa Goreng Rica
Ikan Kerapu,umumnya dikenal dengan istilah “groupers”.Di daerah Gorontalo di kenal dengan nama Goropa.Ikan Goropa merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik di Gorontalo .karena nilai jualnya yang cukup tinggi. Ikan Goropa mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudiyakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat di Produksi massal.Jenis ikan ini biasanya dibuat menu bakar dan goreng.Rumah-rumah makan dan Restaurant di Gorotanlo sering menyediakan menu ikan goropa.Rumah makan di sepanjang garis pantai wilayah gorontalo banyak menyediakan menu ikan yang masih segar.
Tili aya
Salah satu dari sekian banyak makanan khas masyarakat Gorontalo pada bulan Ramadhan adalah Tili Aya.Tili aya merupakan pilihan makanan khas malam pertama sahur orang gorontalo tempo dulu.Menariknya makanan berupa kukusan yang terbuat dari gulang merah,telur dan santan ini hanya dimakan pada sahur.Konon,Orang-orang tua dulu kerap membuat makanan ini sebagai penahan rasa haus di bulan puasa.Nenek Moyang dulu ternyata cukup kreatif membuat masakan serta kue untuk makanan tambahan saja.Bukan hanya itu,untuk membuat kue bukan sekedar suka membuat akan tetapi para orang tua dulu juga melhat sisi ekonomis serta manfaatnya.Zaman sekarang hidangan khas gorontalo ini sebagai pelengkap sajian nasi putih atau nasi kuning pada Upacara-upacara adat atau ritual lainnya di Gorontalo.
7. Adat Istiadat Ritual Mandi Safar
Bulan Safar bagi warga Gorontalo adalah bulan spesial dalam kehidupan mereka. Warga menanggap bulan Safar sebagai bulan penebusan dosa dan tolak bala. Mereka menggelar acara ritual adat mandi Safar, yakni mandi bersama di laut.
Ritual mandi Safar warga Gorontalo ini dimulai dengan pemberian sajian makanan yang ditaruh dalam dulang oleh setiap kepala keluarga. Masing-masing dulang yang disumbangkan kepala keluarga ini harus berisikan makanan sehari-hari dan makanan wajib seperti ketupat, bubur merah, serta buah-buahan.
Makanan-makanan tersebut kemudian disiapkan warga untuk memakan bersama dan diikuti oleh seluruh tamu tidak terkecuali para wisatawan yang ikut hadir.
Prosesi ini merupakan pertanda seluruh warga diwajibkan untuk mencebur ke laut tanpa kecuali. Bagi mereka yang tidak menceburkan diri, maka kewajiban warga lain untuk mengotong dan menceburkannya ke laut. Bahkan wisatawan asing pun ikut diceburkan ke laut.
Prosesi mandi Safar ini menurut tokoh adat Gorontalo adalah tradisi warisan nenek moyang warga Gorontalo yang berasal dari Bugis. Bagi warga, mandi Safar ini merupakan ritual untuk meminta kepada Sang Kuasa agar terhindar dari bahaya, penyakit dan mensucikan diri dari dosa dengan menceburkan diri ke laut.Selain sebagai acara ritual, kini prosesi mandi Safar juga dijadikan alat untuk memberikan hiburan bagi wisatawan asing yang berlibur keGorontalo. Bahkan oleh warga, mandi Safar ini juga dirangkaikan dengan pelepasan penyu yang cukup menarik minat wisatawan untuk ikut serta dalam prosesi ini.
Nama : VIna Setiawati
Kelas : 1SA04
NPM : 19610686
Kelompok dengan : Anggun Sarasanti
Annisa Subekti
Putri Asih Nuraini
Kholisatun Nasriah
Rindhya WGA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar